Halaman

Sabtu, 20 Februari 2016

Travel Story Part II (Pantai Santolo - Akhirnya Kau Ku Temukan)

Setelah melakukan perjalanan Ciamis-Pameungpeuk selama ± 7 jam. Pukul 11.00 kami pun tiba di pantai yang kami cari. Seperti yang sudah ku ceritakan, meskipun hari sudah siang tapi suasana di pantai ini amat sangat ramai. Pengunjung yang baru tiba terus berdatangan, sampai kami kesulitan untuk mencari tempat parkir beberapa saat. Pertama kali yang terlintas dalam benak ku ketika melihat suasana pantai adalah kata panas. Ya, selain karena matahari sudah berada di atas kepala di tepi pantai juga jarang ada pohon untuk tempai berteduh seperti di Pantai Pangandaran.


Setelah kami menemukan tempat parkir di ujung selatan pantai, kami segera berjalan menyusuri pantai. Dan ternyata, tempat wisatanya itu bukan hanya pantai sepanjang parkiran saja. Tetapi ada tempat lain yang harus kamu kunjungi jika kesana, lebih tepatnya sebuah pulau. Pulau yang menjadi nama pantai ini, yupz ialah Pulau Santolo.


(Pintu masuk ke Pulau Santolo)

Untuk dapat menginjakan kaki di pulau ini, kita harus menyebrang sungai –yang belakangan ku ketahui namanya Sungai Cilaut Eureun. Lebar sungai ini hanya sekitar 100 meter. Kita bisa menyebrang dengan naik perahu penduduk setempat. (Atau kalau suka tantangan, berenang juga boleh lah)Untuk ongkos naik perahu pergi dan pulang (baca: PP) kita hanya perlu merogoh koceh 4000 rupiah per orang.


Menurut cerita, pulau ini menjadi salah satu urat nadi perekonomian yang dibangun kolonial Belanda di wilayah selatan Jawa Barat lho. (lebih lengkapnya kalian bisa searching sejarah pulau Santolo)
(perahu penduduk setempat yang bisa kita sewa untuk menyebrang ke Pulau Santolo)

Berbeda dengan pantai sebelah utara, di Pulau Santolo suasananya lebih teduh. Hal ini disebabkan karena di pulau santolo lebih banyak pepohonan daripada di pantai utara. Sesampainya di sana Pak Ketu segera mencari tempat peristirahatan. Di pulau ini memang disediakan puluhan saung (bahasa Indonesia = balai) bambu untuk tempat beristirahat para wisatawan. Karena beberapa menit lagi akan memasuki waktu dzuhur, jadi kami mencari saung peristirahatan yang dekat dengan mushola. Kami mengistiratkan tubuh sejenak. Tubuh yang lelah setelah mengendarai motor selama 7 jam ditambah terpaan angin pantai semilir terasa sangat menggoda mata untuk  terpejam disana.

Sebagian teman ada yang langsung berkeliling menyusuri pulau, sebagian memilih untuk merebahkan tubuh di balai dan membuka bekal dan sebagian lagi ada yang langsung menyerbu toilet seperti yang ku lakukan. Teh Vitra yang sempet sakit diperjalanan juga ikut mencari toilet. Setelah adzan tiba kami mencari mushola. Namun sangat disayangkan, mushola yang kami temukan benar-benar tak terawat. Sebenarnya tak hanya mushola, semenjak pertama kami mengijakan kaki di pulau ini, mata kami langsung disuguhi oleh tumpukan sampah laut. Alhasil, keindahan pasir putih pantai terkalahkan oleh sampah yang berserakan.

Selesai sholat, aku kembali ke tempat teman-teman. Ingin sekali rasanya tidur, tapi kalo jauh-jauh dari Ciamis datang ke Pulau ini cuma untuk tiduran kan jadi mikir ulang. Jadi, kuputuskan untuk berkeliling pulau bareng Ina. Ada yang unik dari Pulau Santolo ini. Pantainya berupa batuan karang.
(Salah ambil tempat -_-, sampahnya keliatan ckckck)

(Kalo berfoto di terumbu karang, hati-hati ya! Asli, Terumbu karang disini tajam-tajam)

Puas berfoto di terumbu karang, kami kembali menyusuri pulau. Banyak pedagang dan penjual souvenir yang kami temui. Ingin rasanya membeli, tapi mengingat bekalku yang pas-pasan terpaksa ku kubur keinginanku dalam-dalam. Setelah berjalan sekitar 300 meter, kami menemukan satu tempat indah untuk berfoto. Aku sama Ina yang notabene anak narsis yang suka difoto, segera menyerbu tempat tersebut dan melakukan beberapa gaya


 


 
(selain karena aku takut ketinggian disini angin lautnya juga gede banget, aku sama Ina agak kerepotan menanganinya. Jadi fotonya ngga seindah view mata kita, hmm)

Setelah puas, kami kembali ke base camp peristirahatan. Sepertinya masih banyak tempat indah yang wajib kami telusuri disana. Tapi karena sebelum penelusuran kami diwanti-wanti sama Teh Vitra supaya ngga pergi jauh-jauh, jadi terpaksa kami harus segera kembali kesana.


Baca juga 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar