Halaman

Rabu, 17 September 2014

Ketika Manisnya Ta’jil Harus Berujung Pahit


Ramadhan tiba,
Marhaban yaa Ramadhan
Marhaban ya Ramadhan
Marhaban yaa Ramadhan

Lagu religi yang dilantunkan oleh Opick tersebut seakan menjadi soundtrack Ramadhan yang tak lekang oleh waktu. Selain punya soundtrack, Ramadhan juga selalu mempunyai cerita. Apalagi ketika memburu ta’jil pasti ada cerita tersendiri di setiap hari nya. Dan Inilah ceritaku.

Semuanya berawal dari rencana acara buka bersama kampus.
Seperti yang terjadi pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, sejak sebulan yang lalu BEM merencanakan sebuah kegiatan bakti sosial bertema “Bagi2 Ta’jil Gratis dan Buka Bersama dengan Anak Yatim” . Meskipun aku ngga termasuk anggota BEM tapi aku semangat ikut. Berbeda dengan sahabatku, Rahman, dia termasuk anggota BEM tapi sayang untuk kegiatan baksos Ramadhan ini, dia ngga gitu minat.

Aku ngerti sih, kenapa dia sampe males ikut. Pasalnya  Sarah adiknya terkena penyakit typus dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Tapi aku masih ngga bisa terima, aku yang bukan anggotanya aja ikut masa Rahman yang anggota BEM ngga.

“Ini kan acaranya satu tahun sekali, pokoknya Rahman harus ikut. Kalo ngga dia pasti nyesel” pikirku singkat. Aku rayu dia. Dan Singkat cerita, akhirnya dia mau. “yes!” ucapku dengan gembira.

Hari H pun tiba, aku berangkat bersama Dilla dari kosan. Dan yang  lain di instruksikan untuk berkumpul dulu di mesjid Agung dekat taman kota. Aku pun segera mengirim pesan pada Rahman, memastikan bahwa dia akan benar-benar ikut.

Man, jd ikut? Kta udah otw lho

Dua menit kemudian Rahman menjawab.

Ya. Duluan aja. Gw ke rs dulu.
Bilang sama yg laen, ntar gw nyusul

Setelah yakin Rahman akan ikut, kami pun segera melesat ke Mesjid Agung. Sesampainya disana, teman-teman yang lain udah pada nunggu.

“Kirain, kita bakal duluan. Ternyata kita telambat ya Rin. Hihihi” celoteh Dilla.

“Kalian ini ya, ngga datang ke kampus, ngga datang ke acara, pasti telat!” gerutu Kak Andien salah satu kakak senior.

“Haduh, maaf Kak maaf. Tadi jalanan penuh, ini juga udah ‘nyelap-nyelip’ Kak” bela Dilla.

“Sudah sudah! Asal acaranya ngga ikutan terlambat” tutur seseorang menenangkan. “ Sekarang kita tinggal nunggu Rahman” lanjutnya.

“Rahman katanya mau nyusul aja Kak. Dia mau ke rumah sakit dulu katanya” aku baru berani bersuara.

“Ya udah, kalo gitu. Sekarang kita langsung aja ke Rumah Yatim. Terus nanti ta’jil ini kita bagiin sama para pengemis, pemulung atau orang yang kalian temui sepanjang perjalanan ke Rumah Yatim. Kalian mengerti?” jelas Kak Rio sang ketua BEM.
“Mengertii” semua pada manggut. Aku dan Dilla ikut manggut aja. Hehe.

Akhirnya tanpa Rahman, kami semua langsung berangkat. Masing-masing motor membawa satu kantong berisi 20 bungkus ta’jil yang siap untuk disebar. Sementara itu di rumah sakit, Rahman baru berangkat. Kebetulan, motor yang suka ia pake sedang diservis . Karena ngga ada angkot, akhirnya Rahman pake jasa ojeg.

Setiap Ramadhan, Jalanan sore hari pasti penuh tapi tetep lancar.
“Jalannya rame pisan ya bang” keluh Rahman.
“Iya nih. Biasa virus ngabuburit!” tutur tukang ojeg.

Motor dikendarai dengan kecepatan standar. Namun tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah mobil avanza melaju kencang. Menyalip dua mobil sekaligus. Dan

“Bang, awaas!” teriak Rahman. BRAAAK
Kecelakaan tak terhindarkan. Tukang ojeg dan motornya terpental ke tepi jalan, sementara Rahman terpental ke kaca bis yang melaju tepat di  belakangnya.

Seketika, Warga pun berbondong menghampiri tempat kejadian.  Tukang ojeg masih sadar, meski kakinya berlumuran darah. Namun sayang nyawa Rahman tak terselamatkan. Kami yang baru saja sampai di Rumah Yatim, langsung dapat kabar dari pihak kepolisian. Semua kaget luar biasa. Seketika itu juga, air mataku meleleh. Tak bisa berkata apa-apa. Terlalu berat bagiku, harus kehilangan seorang sahabat sebaik Rahman. Acara buka bersama pun digabung dengan acara do’a bersama untuk sahabat kami Rahman. Selamat Jalan Rahman. Allah menyayangimu teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar